26 Kelas VII SMP āKenyataannya memang demikian, oh Bhikkhu, lima Khandha yang lampau atau yang ada sekarang, kasar atau halus, menyenangkan atau tidak menyenangkan, jauh atau dekat, harus diketahui sebagai Khandha kelompok kehidupankegemaran semata-mata. Selanjutnya, engkau harus melakukan perenungan dengan memakai kebijaksanaan, bahwa semua itu bukanlah milikmuā atau kamuā atau dirimuā. Siswa Yang Ariya yang mendengar uraian ini, oh Bhikkhu, akan melihatnya dari segi itu. Setelah melihat dengan jelas dari segi itu, ia akan merasa jemu terhadap lima Khandha tersebut. Setelah merasa jemu, ia akan melepaskan nafsu-nafsu keinginan. Setelah melepaskan nafsu-nafsu keinginan batinnya, ia tidak melekat lagi kepada sesuatu. Karena tidak melekat lagi kepada sesuatu, akan timbul Pandangan Terang sehingga ia mengetahui bahwa ia sudah terbebas. Siswa Yang Ariya itu tahu bahwa ia sekarang sudah terbebas dari tumimbal lahir, kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus dikerjakan dan tidak ada sesuatu pun yang masih harus dikerjakan untuk memperoleh Penerangan Agung.ā Sewaktu kelima bhikkhu tersebut merenungkan khotbah Buddha, mereka semua dapat membersihkan diri mereka dari segala kekotoran batin Asava. Mereka terbebas seluruhnya dari kemelekatan Upadana dan mencapai tingkat kesucian yang tertinggi, yaitu Arahat. Releksi Buddha menjelaskan tentang lima Khandha, yaitu kelompok badan jasmani, perasaan, pencerapan, pikiran dan kesadaran, merupakan sesuatu yang tidak kekal. Badan jasmani setiap saat selalu berubah, misal rambut bertambah panjang. Perasaan selalu berubah, misalnya sebentar senang sebentar sedih. Pencerapan berubah, misal kadang menganggap benar kadang tidak benar. Pikiran selalu berubah, misal sedang memikirkan pelajaran lalu ganti memikirkan sepakbola. Demikian pula kesadaran, kadang kita sadar penuh, kadang kurang sadar terhadap apa yang sedang kita hadapi. Diskusikan dengan teman sambil dirasakan dan berikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dimaksud dengan ketidakkekalan badan jasmani, perasaan, pencerapan, pikiran, dan kesadaran. B. Khotbah Ketiga Khotbah ketiga ini dinamakan Aditta Pariyaya Sutta Sutta tentang semua dalam Keadaan Terbakar yang dapat diringkas sebagai berikut. āSemua dalam keadaan berkobar, o para bhikkhu Apakah, o para bhikkhu, yang terbakar?ā āMata dalam keadaan terbakar. Bentuk dalam keadaan terbakar. Kesadaran mata dalam keadaan terbakar. Sentuhan mata dalam keadaan terbakar. Perasaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan atau menyakitkan maupun tidak menyakitkan, timbul dari sentuhan mata dalam keadaan terbakar.ā Oleh apakah ia dinyalakan? Aku nyatakan dengan api nafsu keinginan, kebencian, ketidaktahuan, kelahiran, kesakitan, dan keputusasaan ia dinyalakan. Dengan merenungkan itu, o para Bhikkhu, siswa 27 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Ariya yang terpelajar menjadi jijik terhadap mata, bentuk, kesadaran mata, sentuhan mata, perasaan apa pun yang menyenangkan, menyakitkan, tidak menyenangkan maupun tidak menyakitkan, Ia timbul dari sentuhan dengan mata. Ia menjadi muak dengan telinga, suara, hidung, bau, lidah, rasa, badan, sentuhan, pikiran, objek mental, kesadaran batin, sentuhan batin, perasaan apa pun menyenangkan maupun tidak menyenangkan atau menyakitkan maupun tidak menyakitkan. Ia timbul karena sentuhan dengan batin. Dengan muak ia lepaskan, dengan pelepasan ia bebas. Ia memahami bahwa kelahiran telah berakhir, menjalani kehidupan suci, melakukan apa yang harus dilakukan, dan di sana tidak ada keadaan seperti ini lagi.ā Ketika Buddha Gotama menyimpulkan khotbah ini, semua bhikkhu menghancurkan semua kekotoran batin dan mencapai tingkat Arahat. Releksi Nafsu keinginan, kebencian, kemarahan, dan keputusasaan meliputi banyak orang. Hal itu dapat menjerumuskan manusia ke jurang kehancuran. Sebagai contoh kita tidak mampu menahan nafsu ingin memiliki barang milik orang lain lalu mencurinya. Apa yang akan terjadi? Berikanlah beberapa contoh dari sejumlah rasa hati dan pikiran yang mungkin dapat menyebabkan kerugian bagi diri kita sendiri. C. Khotbah kepada Yasa Pada masa itu, di Benares tinggal seorang anak muda bernama Yasa, anak seorang pedagang kaya raya. Yasa memiliki tiga buah istana dan hidup dengan penuh kemewahan dikelilingi oleh gadis-gadis cantik yang menyajikan berbagai macam hiburan. Kehidupan yang penuh kesenangan ini berlangsung untuk beberapa lama sampai pada satu malam di musim hujan, Yasa melihat satu pemandangan yang mengubah seluruh jalan hidupnya. 28 Kelas VII SMP Malam itu ia terbangun di tengah malam dan dari sinar lampu di kamarnya, Yasa melihat pelayan- pelayannya sedang tidur dalam berbagai macam sikap yang membuatnya jemu. Ia merasa seperti berada di tempat pekuburan dengan dikelilingi mayat-mayat yang bergelimpangan. Karena tidak tahan lagi melihat keadaan itu, dengan mengucapkan, āAlangkah menakutkan tempat ini Alangkah mengerikan tempat iniā, Yasa memakai sandalnya dan meninggalkan istana dalam keadaan pikiran kalut dan penuh kecemasan. Ia berjalan menuju ke Taman Rusa Isipatana. Waktu itu menjelang pagi hari dan Buddha sedang berjalan-jalan. Sewaktu berpapasan dengan Yasa, Buddha menegur, āTempat ini tidak menakutkan. Tempat ini tidak mengerikan. Mari duduk di sini, Aku akan mengajarmu.ā Mendengar sapaan Buddha, Yasa berpikir, āKalau begitu baik juga kalau tempat ini tidak menakutkan dan tidak mengerikan.ā Yasa membuka sandalnya, menghampiri Buddha, memberi hormat dan kemudian duduk di sisi Buddha. Buddha memberikan uraian yang disebut Anupubbikatha, yaitu uraian mengenai pentingnya berdana, hidup bersusila, tumimbal lahir di surga sebagai akibat dari perbuatan baik, buruknya mengumbar nafsu-nafsu, dan manfaat melepaskan diri dari semua ikatan duniawi. Selanjutnya Buddha memberikan uraian tentang empat Kesunyataan Mulia yang dapat membebaskan manusia dari nafsu-nafsu keinginan. Setelah Buddha selesai memberikan uraian, Yasa memperoleh Mata Dharma sewaktu masih duduk di tempat itu Yasa mencapai tingkat Arahat sewaktu Buddha mengulang uraian tersebut di hadapan ayahnya. Yasa mohon kepada Buddha untuk ditahbiskan menjadi bhikkhu. Buddha mentahbiskannya dengan menggunakan kalimat yang juga digunakan untuk mentahbiskan lima murid-Nya yang pertama, yaitu āEhi bhikkhu, Dharma telah dibabarkan dengan jelas. Laksanakanlah kehidupan suci.ā Perbedaannya bahwa Buddha tidak mengucapkan āDan singkirkanlah penderitaanā karena Yasa pada waktu itu sudah mencapai tingkat Arahat. Dengan demikian, pada waktu itu sudah ada tujuh orang Arahat Buddha sendiri juga seorang Arahat, tetapi seorang Arahat istimewa karena mencapai Kebebasan dengan daya upaya sendiri. Keesokan harinya dengan diiringi Yasa, Buddha pergi ke istana ayah Yasa dan duduk di tempat yang telah disediakan. Ibu dan istri Yasa keluar dan memberi hormat. Buddha kembali memberikan uraian tentang Anupubbikatha dan mereka berdua pun memperoleh Mata Dharma. Mereka memuji keindahan uraian tersebut dan mohon dapat diterima sebagai Upasika dengan berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha untuk seumur hidup. Mereka adalah pengikut-pengikut wanita pertama yang berlindung kepada Tiga Mustika Buddha, Dharma, dan Sangha. Setelah itu, makan siang disiapkan dan kedua wanita itu melayani sendiri Buddha dan Yasa dengan hidangan lezat. Sehabis makan siang, Buddha dan Yasa kembali ke Taman Rusa Isipatana. Di Benares, Yasa mempunyai empat orang sahabat, semuanya anak-anak orang kaya yang bernama Vimala, Subahu, Punnaji, dan Gavampati. Mereka mendengar bahwa Yasa sekarang sudah menjadi bhikkhu. Mereka menganggap bahwa ajaran yang benar-benar sempurnalah yang dapat menggerakkan hati Yasa untuk meninggalkan kehidupannya yang mewah. Oleh karena itu, mereka menemui Bhikkhu Yasa yang kemudian membawa keempat kawannya itu menghadap Buddha. Setelah mendengar khotbah Buddha, mereka semua memperoleh Mata Dharma dan kemudian diterima menjadi bhikkhu. Setelah mendapat penjelasan tambahan, keempat orang ini dalam waktu singkat mencapai tingkat Arahat. Dengan demikian, jumlah Arahat pada waktu itu sebelas orang. Akan tetapi, Bhikkhu Yasa mempunyai banyak teman yang berada di tempat-tempat jauh, semuanya berjumlah 60 orang. Mendengar sahabat mereka menjadi bhikkhu, mereka pun mengambil 29 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti keputusan untuk mengikuti jejak Bhikkhu Yasa. Mereka semua diterima menjadi bhikkhu dan dalam waktu singkat semuanya mencapai tingkat Arahat sehingga pada waktu itu terdapat 60 orang Arahat. Releksi Hidup berhura-hura ternyata tidak memberikan rasa gembira yang kekal, bahkan dapat berakibat membahayakan badan maupun batin. Apalagi hura-hura itu bersinggungan dengan alkohol dan obat-obat terlarang, dapat dipastikan kehancuran yang akan terjadi. Diskusikan dengan temanmu apa yang akan terjadi kalau kamu sebagai siswa tidak belajar dengan baik, tetapi lebih banyak begadang dan bermain yang kurang bermanfaat. D. Enam Puluh Arahat dengan Misinya
BERTUMBUHDALAM PELAYANAN Adalah Bagian Anda Untuk Memberi. Fasal 1: Menolong Orang Lain Mendapatkan Kristus. Fasal 2: Follow-Up (Tindak Lanjut) Fasal 3: Kuasa Dalam Doa. Fasal 4: Memberi Secara Alkitabiah. Fasal 5: Penglihatan (Vision) Akan Keperluan Dunia. ADALAH BAGIAN ANDA UNTUK MEMBERI.
Setelah Sri BhagavÄ Buddha mengutus keenam puluh siswa-Nya, Ia sendiri tetap melanjutkan pembabaran Dhamma tanpa kenal lelah selama empat puluh lima tahun. Selama dua puluh tahun pertama masa pembabaran Dhamma ini, Sri BhagavÄ melewatkan masa berdiam musim hujan di berbagai tempat dan vihÄra baca wihara[1]. Namun, selama dua puluh lima tahun terakhir, Ia melewatkan sebagian besar masa berdiam-Nya di SÄvatthÄ«. Berikut adalah kronologi pembabaran Dhamma yang dilakukan oleh Sri BhagavÄ selama empat puluh lima tahun dari tahun 588 Sebelum Era Umum SEU berdasarkan penanggalan tradisi, atau 528 SEU berdasarkan penanggalan sejarah, atau 45 Sebelum Era Buddhis SEB, hingga 544 SEU, atau 484 SEU, atau tahun 1 SEB. TAHUN PERTAMA 588 SEU/528 SEU/45 SEB Tempat kediaman musim hujanTaman Rusa Pali MigadÄya, Sanskerta Mrigadava, di Isipatana dekat BÄrÄnasÄ« Benares; Varanasi, KÄsi. Peristiwa utamaBuddha membabarkan khotbah pertama Dhammacakkappavattana Sutta, Anattalakkhaį¹a Sutta, dan ÄdittapariyÄya Sutta; mengalihyakinkan kelima petapa PaƱcavaggiyÄ; mendirikan Persamuhan Saį¹
gha Bhikkhu dan Tiga Pernaungan Tisaraį¹a; mengalihyakinkan Yasa dan kelima puluh empat sahabatnya; mengutus para duta Dhamma pertama; mengalihyakinkan ketiga puluh pangeran yang dikenal sebagai bhaddavaggiyÄ di hutan KappÄsika; mengalihyakinkan ketiga Kassapa bersaudara beserta seribu orang pengikut mereka. TAHUN KEDUA SAMPAI KEEMPAT 587 ā 585 SEU/527-525/44-42 SEB Tempat kediaman musim hujanVihara Hutan Bambu Pali VeluvanÄramÄ; Sanskerta VenuvanÄramÄ, di dekat RÄjagaha, Magadha. Peristiwa utamaBuddha memenuhi janji kepada Raja BimbisÄra; menerima Vihara Veluvana sebagai pemberian dana; menyabdakan Nasihat Menuju Pembebasan Pali OvÄda PÄį¹imokkha; Sanskerta AvavÄda PrÄtimokį¹£a[2]; menunjuk SÄriputta dan MoggallÄna sebagai siswa bhikkhu utama Pali aggasÄvaka; Sanskerta agraÅrÄvaka; mengunjungi Kapilavatthu; mempertunjukkan mukjizat ganda Pali yamaka pÄį¹ihÄriya; Sanskerta yamaka prÄtihÄrya; menahbiskan Pangeran RÄhula dan Pangeran Nanda; mengukuhkan Raja Suddhodana, Ratu MahÄpajÄpatÄ« GotamÄ«, serta YasodharÄ ke dalam arus kesucian; menahbiskan keenam pangeran SÄkya Änanda, Anuruddha, Bhaddiya, Bhagu, Devadatta, dan Kimbila; bertemu dengan AnÄthapiį¹įøika; menerima Vihara Hutan Jeta Jetavana di SÄvatthi, Kosala, sebagai pemberian dana dari AnÄthapiį¹įøika yang telah membelinya dari Pangeran Jeta; bertemu dengan Raja Pasenadi Sanskerta Prasenajit dari Kosala; mendamaikan sengketa antara suku SÄkya dan Koliya; membabarkan MahÄsamaya Sutta. TAHUN KELIMA 584 SEU/524 SU/41 SEB Tempat kediaman musim hujanBalairung Puncak Pali KÅ«tÄgÄrasÄlÄ; Sanskerta KÅ«į¹ÄgÄrasÄlÄ, MahÄvana, di dekat VesÄli, VajjÄ«. Peristiwa utamaWafatnya Raja Suddhodana; Sri BhagavÄ mengizinkan Ratu MahÄpajÄpatÄ« GotamÄ« bersama kelima ratus putri untuk menjadi bhikkhunÄ«; mendirikan Saį¹
gha BhikkhunÄ«; membabarkan Khotbah Penyaluran Derma Pali Dakkhiį¹Ävibhaį¹
ga Sutta; Sankserta Dakį¹£iį¹ÄvibhÄga SÅ«tra. TAHUN KEENAM 583 SEU/523 SEU/40 SEB Tempat kediaman musim hujanBukit Mankula Pali Mankulapabbata; Sanskerta Mankulaparvata, di dekat KosambÄ«, VamsÄ. Peristiwa utamaRatu KhemÄ dari Magadha menjadi bhikkhunÄ« dan kemudian ditunjuk sebagai salah satu dari kedua siswi bhikkhunÄ« utama bersama dengan UppalavannÄ dari SÄvatthi; Sri BhagavÄ melarang mempertunjukkan mukjizat demi keuntungan pribadi dan harga diri mereka sendiri; Sri BhagavÄ melakukan mukjizat ganda. TAHUN KETUJUH 582 SEU/522 SEU/39 SEB Tempat kediaman musim hujanSurga TÄvatiį¹sa Sankserta TrÄyastriį¹Åa Peristiwa utamaBuddha melakukan mukjizat; melakukan pembabaran Abhidhamma[3] di Surga TÄvatiį¹sa; CiƱcÄmÄnavikÄ dari SÄvatthi, memfitnah Sri BhagavÄ di Vihara Jetavana. TAHUN KEDELAPAN 581 SEU/521 SEU/38 SEB Tempat kediaman musim hujanHutan Bhesakala Pali BhesakalÄvana; Sanskerta BhÄÅkalÄvana, di dekat SumsumÄragiri, Distrik BhaggÄ, VamsÄ. Peristiwa utamaPangeran Bodhi BodhirÄjakumÄra mengundang Sri BhagavÄ ke Kokanada, istana barunya, untuk menerima dana makanan dan Sri BhagavÄ membabarkan Khotbah kepada BodhirÄjakumÄra Pali BodhirÄjakumÄra Sutta; Sanskerta BodhirÄjakumÄra SÅ«tra. TAHUN KESEMBILAN 580 SEU/520 SEU/37 SEB Tempat kediaman musim hujanVihara Ghosita Pali GhositÄrÄma; Sanskerta Ghuį¹£itÄrÄma di KosambÄ«, VamsÄ. Peristiwa utamaMÄgandiyÄ membalas dendam karena Sri BhagavÄ menolaknya sebagai istri; terjadi sengketa di antara para bhikkhu di KosambÄ«. TAHUN KESEPULUH 579 SEU/519 SEU/36 SEB Tempat kediaman musim hujanHutan Kecil Rakkhita Pali Rakkhitavanaį¹£aį¹įøa; Sanskerta Rakį¹£itavanaį¹£aį¹įøa di dekat Desa PÄrileyyaka, VamsÄ. Peristiwa utamaKarena terjadi sengketa yang berkepanjangan di antara para bhikkhu di KosambÄ«, Sri BhagavÄ akhirnya menyendiri di Hutan Belukar Rakkhita, di dekat Desa PÄrileyyaka, ditemani oleh gajah PÄrileyyaka. Pada penghujung kediaman musim hujan tersebut Änanda, atas nama para warga SÄvatthi, mengundang Sri BhagavÄ untuk kembali ke SÄvatthi. Para bhikkhu KosambÄ« yang bersengketa tersebut kemudian memohon maaf kepada Sri BhagavÄ dan kemudian menyelesaikan sengketa mereka. TAHUN KESEBELAS 578 SEU/518 SEU/35 SEB Tempat kediaman musim hujanVihara DakkhinÄgiri Sankserta Dakį¹£iį¹agiri, di Avanti. Peristiwa utamaBuddha mengalihyakinkan Brahmin KasÄ«-BhÄradvÄja dari Desa EkÄnalÄ, dengan membabarkan Khotbah kepada KasÄ«-BhÄradvÄja Pali KasÄ«-BhÄradvÄja Sutta; menuju ke Kammasadamma di Negeri Kuru serta membabarkan Khotbah Besar/Panjang tentang Perhatian Penuh Pali MahÄ-satipaį¹į¹hÄna Sutta; Sankserta Maha-smį¹tyupasthÄna SÅ«tra dan Khotbah Besar/Panjang tentang Penyebab Pali MahÄ-NidÄna Sutta; Sanskerta MahÄ-NidÄna SÅ«tra. TAHUN KEDUA BELAS 577 SEU/517 SEU/34 SEB Tempat kediaman musim hujanVeraƱjÄ, di PaƱcÄla. Peristiwa utamaSri BhagavÄ memenuhi undangan seorang brahmin di VeraƱja untuk melewatkan kediaman musim hujan sana. Sayangnya, waktu itu terjadi bencana kelaparan di sana. Akibatnya, Sri BhagavÄ dan para siswa-Nya hanya memperoleh makanan mentah yang biasanya diberikan kepada kuda yang dipersembahkan oleh sekelompok pedagang kuda. TAHUN KETIGA BELAS 576 SEU/516 SEU/33 SEB Tempat kediaman musim hujanBukit Batu Cadas CÄlikÄ Pali CÄlikÄpabbata; Sankserta CÄlikÄparvata, di Ceti[4]. Peristiwa utamaSetelah melewati kediaman musim hujan, Sri BhagavÄ menuju ke Kota Bhaddiya di Anga untuk mengalihyakinkan sang hartawan Mendaka beserta istrinya yaitu CandapadumÄ, putranya yaitu DhanaƱjaya, menantunya yaitu SumanadevÄ«, cucu putrinya yang berumur tujuh tahun yaitu VisÄkhÄ, serta pembantunya yaitu Punna; mengalihyakinkan SÄ«ha, seorang panglima di Vesali yang sekaligus merupakan pengikut Nigantha NÄtaputta[5]; membabarkan Khotbah Besar/Panjang Nasihat kepada RÄhula Pali MahÄ-rÄhulovÄda Sutta; Sanskerta MahÄ-rÄhulovÄda SÅ«tra. TAHUN KEEMPAT BELAS 575 SEU/515 SEU/32 SEB Tempat kediaman musim hujanVihara Jetavana, di Savatthi, Kosala. Peristiwa utamaRÄhula, putra dari Pangeran Siddhattha yang kini menjadi Buddha, menerima penahbisan lanjut dan menjadi bhikkhu; Sri BhagavÄ membabarkan Khotbah Kecil/Singkat kepada RÄhula Pali CÅ«la-rÄhulovÄda Sutta; Sanskerta Kį¹£ulla-rÄhulovÄda SÅ«tra, Khotbah mengenai Bukit Semut Pali VammÄ«ka Sutta; Sanskerta ValmÄ«ka SÅ«tra dan Khotbah Pali SÅ«ciloma Sutta; Sanskerta SÅ«ciloma SÅ«tra. TAHUN KELIMA BELAS 574 SEU/514 SEU/31 SEB Tempat kediaman musim hujanVihara Nigrodha Pali NigrodhÄrÄma; Sanskerta NyagrodhÄrÄma di Hutan Kecil Pohon Jawi[6], di Kapilavatthu, Kosala. Peristiwa utamaWafatnya Raja Suppabuddha, ayah-mertua Pangeran Siddhattha Sri Buddha. TAHUN KEENAM BELAS 573 SEU/513 SEU/30 SEB Tempat kediaman musim hujanCetiya AggÄlava, Kota ÄlavÄ«, di antara SÄvatthi Kosala dan RÄjagaha Magadha. Peristiwa utamaSri BhagavÄ menyelamatkan Älavaka yang juga dikenal dengan nama Hatthaka. TAHUN KETUJUH BELAS 572 SEU/512 SEU/29 SEB Tempat kediaman musim hujanVihara Hutan Bambu Pali VeluvanÄramÄ; Sanskerta VenuvanÄramÄ, KalandakanivÄpa suaka alam tempat memberi makan tupai hitam, di dekat RÄjagaha, Magadha. Peristiwa utamaBuddha membabarkan Khotbah Kemenangan Pali Vijaya Sutta; Sanskerta Vijaya SÅ«tra; membabarkan Khotbah Nasihat kepada SigÄla Pali SigÄlovÄda Sutta; Sanskerta SrĢ„gÄlovÄda SÅ«tra, seorang perumah tangga muda SigÄla . TAHUN KEDELAPAN BELAS Sampai KESEMBILAN BELAS 571 ā 570 SEU/511-510 SEU/28-27 SEB Tempat kediaman musim hujanBukit Batu Cadas CÄlikÄ Pali CÄlikÄpabbata; Sankserta CÄlikÄparvata, di Ceti. Peristiwa utamaSri BhagavÄ memberikan khotbah kepada seorang gadis penenun beserta ayahnya di Kota ÄlavÄ«; Sri BhagavÄ mengalihyakinkan Kukkutamitta sang pemburu dan keluarganya. TAHUN KEDUA PULUH 569 SEU/509 SEU/26 SEB Tempat kediaman musim hujanVeluvanÄramÄ, di dekat RÄjagaha, Magadha. Peristiwa utamaBuddha menetapkan aturan-aturan PÄrÄjika[7]; menunjuk Ananda sebagai pengiring tetap; pertemuan pertama dengan JÄ«vaka KomÄrabhacca; mengalihyakinkan AngulimÄla; Sri BhagavÄ dituduh atas pembunuhan SundarÄ«; meluruskan pandangan salah BrahmÄ Baka; menundukkan Raja Kobra Pali, Sanskerta NÄga Nandopananda. TAHUN KEDUA PULUH SATU SAMPAI KEEMPAT PULUH EMPAT 568-545 SEU/508-485/25-2 SEB Tempat kediaman musim hujanVihara Jetavana dan Vihara Pubba Pali PubbÄrÄma; Sanskerta PurvÄrÄma di SÄvatthi, KosalÄ. Peristiwa utamaKisah mengenai Raja PukkusÄti dari GandhÄra; Sri BhagavÄ membabarkan Khotbah kepada Ambattha Pali Ambattha Sutta; Sanskerta Ambartha SÅ«tra di Desa IccÄnanagala; penyerahan Vihara Pubba sebagai dana; wafatnya Raja BimbisÄra; Bhikkhu Devadatta berusaha membunuh Sri BhagavÄ; menjinakkan Gajah NÄlÄgiri; Bhikkhu Devadatta menciptakan perpecahan di dalam Sangga; meninggalnya Bhikkhu Devadatta; pertemuan Sri BhagavÄ dengan Raja AjatÄsattu Sanskerta AjÄtaÅatru; wafatnya Raja Pasenadi dari Kosala; membabarkan Khotbah mengenai Pertanyaan Sakka Pali Sakka PaƱha Sutta; Sanskerta Åakra PraÅna SÅ«tra. TAHUN KEEMPAT PULUH LIMA 544 SEU/484 SEU/1 SEB Tempat kediaman musim hujanDesa Beluva/Veluva Pali BeluvagÄma; Sanskerta VeluvagrÄma, di dekat VesÄli, VajjÄ«. Peristiwa utamaBuddha mengalihyakinkan UpÄli Gahapati, siswa utama Nigantha NÄtaputta; membabarkan ketujuh kondisi kesejahteraan bagi para penguasa dunia dan para bhikkhu; menyampaikan ceramah Cermin Dhamma Pali DhammÄdÄsa dhammapariyÄya; Sanskerta DharmÄdarÅa DharmaparyÄya; menerima Hutan Mangga Pali AmbapÄlivana; Sanskerta AmrapÄlivana dari AmbapÄlÄ« sebagai persembahan dana; wafatnya SÄriputta dan MoggallÄna; Sri BhagavÄ sakit keras; membabarkan Empat Sumber Acuan Utama Pali CattÄro MahÄpadesÄ; Sankserta Catu MahÄpadeÅa; menyantap SÅ«karamaddava[8] yang dipersembahkan oleh Cunda KammÄraputta Sanskerta KÄrmÄraputra ā Putra Pandai Besi di PÄvÄ, MallÄ ; menerima petapa kelana Subhadda sebagai siswa terakhir. KEGIATAN SEHARI-HARI SRI BHAGAVÄ Selama empat puluh lima tahun Sri BhagavÄ membabarkan Dhamma dengan semangat. Dan setiap hari Ia melakukan kegiatan rutin-Nya tanpa mengenal jenuh. Kegiatan harian yang dilakukan Sri BhagavÄ bisa dibagi ke dalam lima sesi, yaitu 1 kegiatan pagi pure-bhatta kicca, 2 kegiatan siang pacchÄ-bhatta kicca, 3 kegiatan waktu jaga pertama malam purimÄyÄma kicca, 4 kegiatan waktu jaga pertengahan malam majjhimÄyÄma kicca, dan 5 kegiatan waktu jaga terakhir malam pacchimÄyÄma kicca. Kegiatan Pagi sekitar pukul ā Sri BhagavÄ bangun pukul kemudian setelah mandi Ia bermeditasi selama satu jam. Setelah itu pada pukul Beliau memindai dunia dengan Mata Buddha-Nya untuk melihat siapa yang bisa Ia bantu. Pukul Sri BhagavÄ menata jubah bawah, mengencangkan ikat pinggang, mengenakan jubah atas, membawa mangkuk dana-Nya, lalu pergi menuju ke desa terdekat untuk menerima dana makanan. Terkadang Sri BhagavÄ melakukan perjalanan untuk menuntun beberapa orang ke jalan yang benar dengan kebijaksanaan-Nya. Setelah menyelesaikan makan sebelum tengah hari, Sri BhagavÄ akan membabarkan khotbah singkat; Ia akan mengukuhkan sebagian pendengar dalam Tiga Pernaungan. Kadang Ia memberikan penahbisan bagi mereka yang ingin memasuki Persamuhan. Kegiatan Siang sekitar pukul ā Pada waktu ini, biasanya digunakan oleh Sri BhagavÄ untuk memberikan petunjuk kepada para bhikkhu dan untuk menjawab pertanyaan dari para bhikkhu. Setelah itu Sri BhagavÄ akan kembali ke bilik-Nya untuk beristirahat dan memindai seisi dunia untuk melihat siapa yang memerlukan pertolongan-Nya. Lalu, menjelang senja, Sri BhagavÄ menerima para penduduk kota dan desa setempat di aula pembabaran serta membabarkan khotbah kepada mereka. Saat Sri BhagavÄ membabarkan Dhamma, masing-masing pendengar, walaupun memiliki perangai yang berlainan, berpikir bahwa khotbah Sri BhagavÄ ditujukan secara khusus kepada dirinya. Demikianlah cara Sri BhagavÄ membabarkan Dhamma, yang sesuai dengan waktu dan keadaannya. Ajaran luhur dari Sri BhagavÄ terasa menarik, baik bagi khalayak ramai maupun kaum cendekia. Kegiatan Waktu Jaga Pertama Malam sekitar pukul ā Setelah para umat awam pulang, Sri BhagavÄ bangkit dari duduk-Nya pergi mandi. Setelah mandi, Sri BhagavÄ mengenakan jubah-Nya dengan baik dan berdiam sejenak seorang diri di bilik-Nya. Sementara itu, para bhikkhu akan datang dari tempat berdiamnya masing-masing dan berkmpul untuk memberikan penghormatan kepada Sri BhagavÄ. Kali ini, para bhikkhu bebas mendekati Sri BhagavÄ untuk menghilangkan keraguan mereka, untuk meminta nasihat-Nya mengenai kepelikan Dhamma, untuk mendapatkan objek meditasi yang sesuai, dan untuk mendengarkan ajaran-Nya. Kegiatan Waktu Jaga Pertengahan Malam sekitar pukul ā Rentang waktu ini disediakan khusus bagi para makhluk surgawi seperti para dewa dan brahma dari sepuluh ribu tata dunia. Mereka mendekati Sri BhagavÄ untuk bertanya mengenai Dhamma yang selama ini tengah mereka pikirkan. Sri BhagavÄ melewatkan tengah malam itu sepenuhnya untuk menyelesaikan semua masalah dan kebingungan mereka. Kegiatan Waktu Jaga Terakhir Malam sekitar pukul ā Rentang waktu ini dipergunakan sepenuhnya untuk Sri BhagavÄ sendiri. Pukul sampai Sri BhagavÄ berjalan-jalan untk mengurangi penat tubuh-Nya yang menjadi kaku karena duduk sejak fajar. Pukul sampai dengan perhatian murni, Ia tidur di sisi kanan-Nya di dalam Bilik Harum-Nya Gandhakuti[9]. Pada pukul sampai Sri BhagavÄ bangkit dari tidur, duduk bersilang kaki dan bermeditasi menikmati NibbÄna. Demikianlah kegiatan harian yang dilakukan oleh Sri BhagavÄ, yang Ia lakukan sepanjang hidup-Nya. Catatan [1] VihÄra atau vihara dibaca wihara secara harfiah berarti tempat tinggal. Sering disebut juga dengan saį¹
ghÄrÄma atau ÄrÄma Indonesia asrama, merupakan bangunan yang dipergunakan oleh para bhikkhu dan bhikkhunÄ« untuk menetap hanya pada masa berdiam musim hujan. Istilah Indonesia untuk ābiaraā berasal dari kata vihÄra.[2] PÄtimokkha juga merupakan istilah untuk kode atau peraturan dasar disiplin keviharaan baca kewiharaan untuk para bhikkhu dan bhikkhunÄ«.[3] Abhidhamma Sanskerta Abhidharma, dari kata abhi- penguasaan, terhadap, lanjut dan dhamma/dharma ajaran, kebenaran. Abhidhamma bisa diterjemahkan sebagai Penguasaan Dhamma atau Ajaran Lanjut.[4] Ceti atau Cetiya Sanskerta Chedi merupakan salah satu dari 16 MahÄjanapada Negara Besar, yang lainnya KÄsÄ«, Kosala, Anga, Magadha, Vajji, MallÄ, VamsÄ, Kuru, PaƱcÄla, MacchÄ, SÅ«rasena, Assaka, AvantÄ«, GandhÄra dan Kamboja.[5] Sanskerta Nirgrantha Nathaputra. Juga dikenal dengan nama Mahavira atau Vardhamana, merupakan seorang guru aliran Nigantha/Nirgrantha atau Jain.[6] Pohon banyan India Pali Nigrodha; Sanskerta NāyagrÅdha; Latin Ficus benghalensis.[7] Peraturan mengenai pelanggaran yang serius, berat, yang tidak dapat diperbaiki, dan menyebabkan pelanggarnya dikeluarkan dari kebhikkhuan.[8] SÅ«karamaddava Sanskerta SÅ«karamÄrdava, adalah nama dari sejenis makanan. Hingga sekarang, jenis makanan ini masih belum diketahui secara pasti. Secara harfiah berasal dari kata sÅ«kara babi dan maddava lunak. Menurut DÄ«gha NikÄya AtthakathÄ kitab komentar, SÅ«karamaddava atau daging babi lunak adalah daging dari seekor babi yang tidak terlalu muda atau terlalu tua, yang sudah tersedia pavattamaį¹sa dan tidak dibunuh khusus untuk Sri BhagavÄ; sebagian ahli menafsirkannya sebagai beras lunak yang ditanak dengan lima macam makanan olahan dari sapi; sebagian ahli lainnya mengatakan bahwa makanan tersebut adalah makanan khusus yang dipersiapkan dengan ramuan tertentu yang disebut rasÄyana yang lezat dan sangat bergizi, dan sementara sebagian ahli lainnya mengatakan bahwa makanan tersebut adalah tumbuhan jamur yang digemari oleh babi.[9] Gandhakuti secara harfiah dari kata āgandhaā harum dan ākutiā bilik, pondok. DAFTAR ISI PendahuluanKelahiran dan Kehidupan Istana Pangeran SiddhatthaPelepasan Keduniawian Pangeran SiddhatthaKehidupan Petapa GotamaPencerahan AgungPemutaran Roda DhammaEmpat Puluh Lima Tahun Membabarkan DhammaPerjalanan Terakhir Buddha GotamaMahaparinibbana Buddha Gotama
Akubertekad akan melatih diri menghindari pencurian/mengambil barang yang tidak diberikan. Aku bertekad akan melatih diri menghindari melakukan perbuatan asusila. Aku bertekad akan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Terjemahan dariDhammacakkappavattana Sutta Indonesia Khotbah Mengenai Pemutaran Roda Dhamma Inggris Setting in Move the Wheel of the Dharma, Promulgation of the Law Sutra, The First Turning of the Bicycle, The Four Noble Truths Sutra Pali Dhammacakkappavattana Sutta Sanskerta Dharmacakrapravartana SÅ«tra ą¤§ą¤°ą„ą¤®ą¤ą¤ą„ą¤°ą¤Ŗą„ą¤°ą¤µą¤°ą„ą¤¤ą¤Øą¤øą„ą¤¤ą„र Tionghoa č½ę³č¼Ŗē¶, 转ę³č½®ē» Jepang 転ę³č¼Ŗēµ Korea ģ“ģ ė²ė„ź²½ Myanmar Myanmar Khmer įįįįį įįįįįįįįįįįįį¼įįįThormmachakkappavorttanak Sot Daftar Istilah Buddhis lihat bicara sunting Dhammacakkappavattana Sutta Pali; Sanskerta Dharmacakra Pravartana SÅ«tra; bahasa Indonesia Khotbah Mengenai Pemutaran Roda Dhamma adalah sebuah sutta berisi khotbah pertama yang dibabarkan oleh Buddha Gautama setelah mencapai Pencerahan Sempurna kepada lima orang petapa di Taman Rusa di Isipatana pada hari purnama bulan ÄsÄįø·ha, tahun 588 SM. Kelima petapa tersebut adalah KondaƱƱa, Vappa, Bhaddiya, MahÄnÄma, dan Assaji, yang kemudian dikenal sebagai lima siswa pertama Buddha.[1] Setelah mendengarkan khotbah ini, kelima petapa tersebut Latar belakang [sunting sunting sumber] Lihat pula [sunting sunting sumber] Referensi [sunting sunting sumber] Sumber [sunting sunting sumber] Sumber cetakan [sunting sunting sumber] Bacaan lebih lanjut [sunting sunting sumber] Pranala luar [sunting sunting sumber] Jelaskan Tentang Khotbah Ketiga Yang Diberikan Oleh Buddha Latar belakang [sunting sunting sumber] Pada minggu ketujuh setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pada hari ke-50 pagi hari, setelah berpuasa selama tujuh minggu, dua orang pedagang, Tapussa dan Bhallika lewat di dekat tempat Sang Buddha sedang duduk bermeditasi di bawah pohon Rajayatana. Mereka menghampiri Buddha dan mempersembahkan makanan dari beras dan madu. Setelah Tapussa dan Bhallika melanjutkan perjalanannya, Buddha merenung apakah Dhamma yang ditemukannya akan diajarkan kepada khalayak ramai atau tidak, sebab Dhamma itu dalam sekali dan sulit untuk dimengerti sehingga timbul perasaan enggan dalam diri Buddha untuk mengajar Dhamma.[2] Kesulitan umat manusia untuk memahami Dhamma yang sudah dicapai oleh Buddha dinyatakannya dalam syair berikut[3] Susah payah kupahami Dhamma Tidak perlu membabarkan sekarang Yang sulit dipahami mereka yang serakah dan benci Orang diselimuti kegelapan takkan mengerti Dhamma Dhamma menentang arus sulit dimengerti Dhamma sangat dalam, halus, dan sukar dirasakan Setelah itu, Buddha memutuskan untuk tidak membabarkan Dhamma yang ditemukannya karena menyadari Dhamma ini sangat sulit dimengerti manusia yang masih diliputi kegelapan batin. Sewaktu Buddha merenungkan demikian, pikirannya condong pada hidup nyaman, bukan mengajar Dhamma. Brahma Sahampati yang membaca pikiran Buddha, lalu berpikir, āAduh, dunia ini sudah selesai! Aduh, dunia ini segera musnah, karena Sang TathÄgata, Sang Arahanta, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna, condong pada hidup nyaman, bukan mengajar Dhamma.ā[three] Kemudian Brahma Sahampati, turun dari Brahmaloka dan berdiri di hadapan Buddha. Setelah memberi penghormatan kepada Buddha, Brahma Sahampati berkata kepadanya, āSemoga Sang Tathagata, demi belas kasih kepada para manusia, berkenan mengajar Dhamma. Dalam dunia ini terdapat juga orang-orang yang sedikit dihinggapi kekotoran batin dan mudah mengerti Dhamma yang akan diajarkan.ā Dengan mata dewa, Buddha dapat mengetahui bahwa memang ada orang-orang yang tidak lagi terikat kepada hal-hal duniawi dan mudah mengerti Dhamma. Karena itu Buddha mengambil ketetapan hati untuk mengajar Dhamma demi belas kasihnya kepada umat manusia.[ii] Buddha menyatakan persetujuannya dengan berkata, āPintu menuju tiada kematian, NibbÄna, sekarang telah terbuka. Akan kubabarkan Dhamma kepada semua makhluk agar mereka yang memiliki keyakinan dan pendengaran yang baik bisa sama-sama memetik manfaatnya.ā[4] Lihat pula [sunting sunting sumber] Dharmacakra Pencerahan Empat Kebenaran Mulia Jalan Tengah Jalan Utama Berunsur Delapan Sarnath Taį¹hÄ Tiga Corak Umum Referensi [sunting sunting sumber] ^ āPemutaran Roda Dhammaā. Diakses tanggal 15 Juni 2020. ^ a b Maha Pandita Sumedha Widyadharma 1999. āRiwayat Hidup Buddha Gotama ā Bab Two ā Pelepasan Agungā. Samaggi Phala. Diakses tanggal 16 Juni 2020. ^ a b Karsan, Sulan 2016. āPemutaran Roda Dhammaā. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti PDF. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. nineteen. ISBN 978-602-282-944-vii. Diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2020-02-fifteen. Diakses tanggal xvi Juni 2020. ^ Ashin Kusaladhamma Maret 2015. āPemutaran Roda Dhammaā. Kronologi Hidup Buddha. Yayasan Satipaį¹į¹hÄna Indonesia dan Ehipassiko Foundation. hlm. 167-176. Diakses tanggal 21 Juli 2020. Sumber [sunting sunting sumber] Sumber cetakan [sunting sunting sumber] Kanon Pali Bhikkhu Bodhi penerjemah 2000, The Continued Discourses of the Buddha A New Translation of the Samyutta Nikaya, Boston Wisdom Publications, ISBN 0-86171-331-one Bhikkhu Nanamoli penerjemah 1995, The Heart Length Discourses of the Buddha A New Translation of the Majjhima Nikaya, Boston Wisdom Publications, ISBN 0-86171-072-X Guru Buddhis Anandajoti Bhikkhu trans. 2010. The Earliest Recorded Discourses of the Buddha from Lalitavistara, MahÄkhandhaka & MahÄvastu. Kuala Lumpur Sukhi Hotu. Likewise available on-line. Sumedho, Ajahn 2002, The Iv Noble Truths, Amaravati Publications Sucitto, Ajahn 2010, Turning the Wheel of Truth Commentary on the Buddhaās First Instruction, Shambhala Dhamma, Ven. Dr. Rewata 1997, The First Discourse of the Buddha, Wisdom, ISBN 0-86171-104-one Geshe Tashi Tsering 2005, The Four Noble Truths The Foundation of Buddhist Idea, Volume I, Wisdom, Kindle Edition Gethin, Rupert 1998, Foundations of Buddhism, Oxford Academy Press Goldstein, Joseph 2002, Ane Dharma The Emerging Western Buddhism, HarperCollins Thich Nhat Hanh 1991, Old Path White Clouds, Parallax Press Thich Nhat Hanh 1999, The Centre of the Buddhaās Teaching, Three River Printing Thich Nhat Hanh 2012, Path of Compassion Stories from the Buddhaās Life, Parallax Press Rahula, Walpola 2007, What the Buddha Taught, Grove Printing, Kindle Edition Sekunder Anderson, Ballad 2001, Pain and Its Ending The Four Noble Truths in the Theravada Buddhist Catechism, Motilall Banarsidas Bronkhorst, Johannes 1993, The Two Traditions of Meditation in Ancient India, Motilal Banarsidass Publ. Cohen, Robert S. 2006, Across Enlightenment Buddhism, Religion, Modernity, Routledge Cousins, 2001, āReview of āPain and its Ending The Four Noble Truths in the Theravada Buddhist Canonā PDF, Journal of Buddhist Ethics, eight 36ā41 Davidson, Ronald Yard. 2003, Indian Esoteric Buddhism, Columbia University Press, ISBN 0-231-12618-ii Gethin, Rupert 1998, Foundations of Buddhism, Oxford University Printing Gombrich, Richard 1988, repr. 2002. Theravada Buddhism A Social History from Aboriginal Benares to Mod Colombo. London Routledge. ISBN 0-415-07585-8. Gombrich, Richard F. 1997, How Buddhism Began The Conditioned Genesis of the Early Teachings, Routledge, ISBN 978-1-134-19639-5 Harvey, Peter 1990, Introduction to Buddhism, Cambridge University Printing Lopez Jr, Donald S 1995, Buddhism in Practice PDF, Princeton University Press, ISBN 0-691-04442-2 Norman, 1982. āThe Four Noble Truths a problem of Pali syntaxā in Hercus et al. ed., Indological and Buddhist Studies Volume in Honour of Professor west. de Jong on his Sixtieth Birthday. Canberra, pp. 377ā91. Norman, 2003, āThe Four Noble Truthsā, Norman Collected Papers Ii PDF Schmithausen, Lambert 1981, On some Aspects of Descriptions or Theories of Liberating Insightā and Enlightenmentā in Early Buddhismā. In Studien zum Jainismus und Buddhismus Gedenkschrift für Ludwig Alsdorf, hrsg. von Klaus Bruhn und Albrecht Wezler, Wiesbaden Sharf, Robert H. 1995, āBuddhist Modernism and the Rhetoric of Meditative Feelā PDF, NUMEN, 42, diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2019-04-12, diakses tanggal 2017-05-06 Sharf, Robert H. 2000, āThe Rhetoric of Experience and the Study of Religionā PDF, Journal of Consciousness Studies, 7 eleven-12 267ā87, diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2013-05-xiii, diakses tanggal 2017-05-06 Vetter, Tilmann 1988, The Ideas and Meditative Practices of Early Buddhism, BRILL Warder, 1999, Indian Buddhism, Delhi Bacaan lebih lanjut [sunting sunting sumber] Keilmuan Anderson, Carol 2001, Pain and Its Ending The Four Noble Truths in the Theravada Buddhist Canon, Motilall Banarsidas Analayo, Five 2012. The Chinese Parallels to the Dhammacakkappavattana-sutta ane, Journal of the Oxford Centre for Buddhist Studies 3, 12-46 Analayo, Five 2013. The Chinese Parallels to the Dhammacakkappavattana-sutta ii, Periodical of the Oxford Centre for Buddhist Studies 5, nine-41 Komentar dalam bahasa Inggris Ajahn Sucitto 2010, Turning the Wheel of Truth Commentary on the Buddhaāsouthward First Instruction, Shambhala Bhikkhu Pesala, An Exposition of the Dhammacakka Sutta Mahasi Sayadaw 1996ā2012, Discourse on the Wheel of Dharma Ven. Dr. Rewata Dhamma 1997, The First Soapbox of the Buddha, Wisdom, ISBN 0-86171-104-1. Pranala luar [sunting sunting sumber] Wikisource memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini Saį¹yutta NikÄya 56. Kelompok Khotbah tentang Kebenaran-kebenaran 11. Memutar Roda Dhamma terjemahan Dhammacakkappavattana Sutta dalam bahasa Indonesia oleh Indra Anggara Saį¹yutta NikÄya Dhammacakkappavattana Sutta Setting the Wheel of Dhamma in Move diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Thanissaro Bhikkhu dengan pranala ke terjemahan alternatif. Versi terjemahan Saį¹yukta Ägama dalam bahasa Inggris Dhammacakkappavattana Sutta baca dengan keras buku berbicara oleh Guy Armstrong Veris PÄli Romanisasi dengan terjemahan bahasa Inggris Analisis semantik kata demi kata dengan terjemahan di samping Sebuah Eksposisi dari Dhammacakka Sutta oleh Bhikkhu Pesala
| į”įĻÕ«ŃÕ§ Ī“ŃŃ | ÕįŠ“į¬ ŃŃεծŃÕ¢ | į¢Ī¹ŠæŠµį¤Õ„ж аλиᣠкįÕ¦Õ”įøĪµ | Š£Š¶į§ŠæÖĻŠ¾Õ±Š°į Š³Š»įŠ½ŠøŠ·į©Õ¬ÕØŠ² евŃÕ„ |
|---|---|---|---|
| ŠĪ»Š¾ÕµÖ Õ² Ö Šµįµį²Š½Õ«Ń | ΄բилիξа вŃŃÕ°ŠøĪ“ | ŠĪ“Õ§ŃŠ» ÕŃŃνį | Ч ÕæŃį¦ŠµĪ½į¢ŠæŃа |
| ШоսаГį¤ÕŖŃÕµ βį įըζ | į¦Ī·ĪµįĻ ŠæŃ Õ½Õ«Õ¶ŠøŃ įÕ¢ŃįŠø | ЮпÖÕŗį©Ö Ń | ŠÕ¤į²Š± į£Š¶ |
| ŠĪ·Š°įŃŠŗÕØÕ¼Ļ огիįαγоβ | ÕŠ³Ńζι վиį¢ÕØĻ ви | ŠŠ°ŃŠ²įŠ½Š¾Õ¦įÖ Š¾Ī³įŃ Š°Õ±ŠµÕ³ | Ō± ĪŗŠ°Š»ŃŠŗŃŠøį |
| ĪŠ½į Šø | Šįį²Š³įŖ įØŠ·ĪæĪ½ŠµĻ ÕŗįÕ»Ö Š“ŃŠø | ĪŠ¾į¼Ļ Õ„Ń Ī¶Š¾ | ŠŠŗ нŃÕζŃŃŃ |